Mengenal Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
![]() |
Mengenal Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango |
Savana Wisata - Pagi itu saya memulai petualangan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Udara pegunungan yang sejuk menyambut, ditemani kicauan burung dan gemerisik daun rimbun.
Langkah pertama kami menuju jembatan gantung Situgunung yang ikonik, melewati Situ Gunung. Di sekelilingnya pepohonan hujan tropis yang menjulang tinggi seolah memasuki dunia lain.
Taman seluas puluhan ribu hektar ini memang menyimpan kekayaan hayati luar biasa. Tercatat, ada sekitar 870 jenis tumbuhan berbunga dan 150 jenis pakis yang dilindungi di kawasan ini. Saya dan teman-teman terkesima karena keanekaragaman tersebut, benar-benar bukan sekadar cerita kosong.
Ragam Flora di Gunung Gede-Pangrango
![]() |
Edelweiss Jawa (Anaphalis javanica) |
Masuk lebih dalam, kami berjalan di bawah kanopi hutan pegunungan. Cahaya mentari menembus celah daun, menyinari beragam tumbuhan unik.
Taman Nasional Gede Pangrango terkenal akan kekayaan flora pegunungannya. Mendekati puncak, mata saya terpesona oleh hamparan bunga Edelweiss Jawa (Anaphalis javanica) yang putih kekuningan.
Tanaman endemik yang sering disebut “bunga keabadian” ini memang tumbuh melimpah di padang Suryakancana. Aroma rempah dari kapulaga yang tumbuh di sudut hutan juga tercium di udara.
Bahkan pepohonan uwi (umbian liar), jernang (rotan penghasil getah merah), serta pinang hijau banyak ditemukan di sini. Suasana hutan yang sejuk dan lembab ini menghadirkan pemandangan pepohonan besar berlumut, dedaunan khas hutan tropis, dan kadang kabut tipis yang memberi kesan mistis.
Beberapa flora endemik utama yang kami lihat antara lain:
- Uwi (Dioscorea sp.) – tanaman umbi pegunungan Jawa yang menjalar di semak hutan.
- Jernang (Daemonorops rubra) – rotan khas dengan buah bergetah merah, semacam “denyut nadi” ekosistem hutan.
- Pinang hijau (Pinanga javana) – palem endemik dengan daun dan buah hijau cerah.
- Kapulaga (Amomum pseudofoetens) – rempah aromatik asli pegunungan Jawa, bunganya unik dan harum.
- Anggrek – orkid pegunungan yang beragam, mencapai sekitar 200 spesies melekat di batang dan tebing.
Deskripsi botanis lengkap mungkin tak termuat dalam satu hari, tapi melihat sekilas keanekaragamannya menambah keseruan pendakian. Setiap langkah semakin mengukuhkan betapa berharganya hutan hujan tropis Gede Pangrango ini bagi ilmu pengetahuan dan konservasi.
Ragam Fauna di Gunung Gede Pangrango
![]() |
Owa Jawa (Hylobates moloch) |
Hingga malam menjelang, kami tak sendirian. Suara khas hutan muncul satu per satu. Di kejauhan terdengar teriakan khas Owa Jawa (Hylobates moloch), gibbon langka berbulu keperakan, saling bersahutan di puncak pohon.
Kelompok Lutung Surili (Presbytis comata) juga melompat gesit, mencari dedaunan muda untuk dimakan. Terkadang kami terdiam saat mendengar lolongan anjing hutan ajag (jenis Canis) yang ngonggong dari jauh, pertanda keberadaan karnivora ini.
Hutan pegunungan ini memang rumah bagi sejumlah satwa endemik dan langka. Misalnya macan tutul Jawa (Panthera pardus), meski sulit terlihat langsung, keberadaannya terpantau dari jejak dan pengamatan oleh penjaga taman. Suatu momen menegangkan terjadi ketika kami mendeteksi keberadaan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) jantan bermahkota putih.
Ternyata kami menemukan sarang berisi satu anak elang Jawa berbulu putih yang baru menetas! Elang Jawa ini langka dan dilindungi, bahkan di Gunung Gede Pangrango populasinya hanya puluhan ekor saja.
Kehadiran anak Elang tersebut menambah jumlah satwa suci “Burung Garuda” ini di taman nasional. Anggota tim kami pun bergantian mengamati induk elang terbang melintas.
Beberapa fauna ikonik lainnya antara lain:
- Owa Jawa (Hylobates moloch) – Kera primata endemik yang agile, sering terlihat berayun di tajuk pohon.
- Lutung Surili (Presbytis comata) – Monyet daun endemik Jawa, warnanya hijau-abut dengan suara khas.
- Anjing Ajag (Cuon alpinus) – sejenis Anjing hutan berwajah mirip serigala, sangat terancam punah.
- Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) – predator Kucing besar langka, keberadaannya sangat dijaga keberlanjutannya.
- Biul Slentek (Melogale orientalis) – Musang berparfum seperti Musang kalimantan, aktif malam hari.
- Bajing Terbang Bartels (Hylopetes bartelsi) – Tupai terbang kecil endemik Jawa Barat, suka memakan nektar bunga dan buah.
- Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) – Burung pemangsa langka, simbol konservasi TNGGP.
Beberapa kali kami juga menangkap kilasan Kelelawar unik terbang rendah dan mendengar kicau Burung pegunungan lain seperti Serak Gunung dan Celepuk Jawa di senja hari. Tiap detik di hutan ini terasa mendebarkan, seperti ditingkahi kehidupan liar yang tak pernah berhenti.
Penutup
Perjalanan menuruni gunung selepas matahari terbenam terasa hening namun berkesan. Melalui cerita perjalanan ini, saya makin menyadari betapa kayanya Gunung Gede Pangrango, dari bunga kecil di bebatuan hingga binatang langka di kanopi hutan.
Taman nasional ini bukan hanya arena pendakian, tapi laboratorium alam terbuka bagi siapa pun. Semoga pengalaman melihat langsung flora edelweiss dan fauna endemik seperti Owa Jawa atau Elang Jawa ini menginspirasi kita semua untuk selalu mencintai dan melindungi alam.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango benar-benar menyimpan banyak keajaiban alam yang menunggu untuk terus dijaga bersama.
Posting Komentar